Wanginya Nilam Atsiri
WANGINYA NILAM ATSIRI
Oleh: Prima Dwi Widiarto, Triple Black Heaven
PENDAHULUAN
Tanaman nilam dengan nama ilmiah Pogostemon cablin (Benth) adalah golongan tanaman dari keluarga Lamiacea, tergolong kedalam tanaman tropis yang menghasilkan minyak atsiri. Nilam banyak hidup di beberapa daerah dan merupakan ekspor andalan minyak atsiri bagi Indonesia, di mana nilam banyak dimanfaatkan untuk industri parfum dan aroma terapi. Tanaman nilam (Gambar 1) dikelompokkan kedalam keluarga labiatae, yaitu tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah tropis. Nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri yang memiliki pengaruh positif terutama pada dunia farmasi, jenis ini juga merupakan tanaman perdu. Minyak atsiri nilam dimanfaatkan dalam industri parfum sebagai pengikat aroma dan peranannya belum dapat digantikan oleh zat sintesis. Indonesia menjadi salah satu pengekspor minyak atsiri terbesar di Asia tenggara (Djonny, 2018).
Minyak atsiri banyak dihasilkan dari tanaman nilam, dan menyumbang >50% devisa negara dari total ekspor Indonesia, menjadikan minyak nilam komoditas ekspor unggulan. Tanaman nilam tumbuh subur di iklim tropis Indonesia, menambah keunggulan dari komoditi ini karena dapat meningkatkan penghasilan, pengembangan suatu wilayah dan alternatif budidaya sektor perkebunan masyarakat Indonesia. Patchouli adalah nama dagang minyak nilam di perdagangan Internasional, memiliki aroma yang kuat dan berat dan telah digunakan selama bertahun-tahun dalam parfum dan bahan pembuatan dupa. Karena faktor-faktor tersebut, minyak atsiri nilam masuk ke dalam minyak atsiri dengan harga jual tertinggi dibanding jenis tanaman lain (Sukratman, 2022).
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan. Tanaman nilam yang mengandung minyak atsiri terdapat pada seluruh bagian tanaman seperti akar, batang, cabang, dan daun. Bagian akar dan batang tanaman nilam umumnya memiliki mutu dan rendemen minyak yang lebih rendah (Sudaryani dan Sugiharti, 1998). Minyak atsiri memiliki karakteristik mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), aroma wangi khas seperti aroma tanamannya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri sering dimanfaatkan dalam parfum, kosmetik, obat-obatan, antiseptik, perisa bahan pangan dan aromaterapi di sektor industri (Hikmah, et.al., 2023).
PENGOLAHAN MINYAK NILAM
Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses penyulingan. Proses penyulingan adalah suatu proses perubahan minyak yang terikat didalam perenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berubah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.
Proses pengolahan minyak nilam adalah sebagai berikut: mula-mula nilam sebelum dimasukan kedalam ketel maka dikeringkan terlebih dahulu selama 5 jam dalam sehari. Metode pengeringan daun nilam secara sederhana dapat dilakukan dengan cara pengeringan dengan panas matahari dan kering angin. Dimana penelitian yang dilakukan oleh Ma’mun (2014) menyatakan bahwa hasil rendemen terbaik (3,75%) diperoleh dengan cara pengeringan dengan panas matahari selama 2 hari dengan durasi penjemuran per hari selama 5 jam.
Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun terlalu rapuh dan sulit untuk disuling. Sedangkan pengeringan yang terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah diserang jamur, akhirnya mutu minyak nilam yang dihasilkan akan menurun.
Memasukkan daun nilam keringan kedalam ketel pengolah yang sudah berisi air sehingga posisi daun berada di atas air karena antara keduanya dipisahkan oleh sebuah plat berpori. Dengan cara seperti ini daun tidak bercampur menjadi satu dengan air dan daun tidak menjadi gosong. Penyulingan seperti ini biasa disebut penyulingan uap. Adapun mekanisme pengolahannya yaitu bahan yang akan disuling dikukus/disteam dengan tekanan rendah dalam satu ketel atau tabung. Namun penempatan air dan daun yang disuling dilakukan secaraterpisah atau tidak berhubungan langsung dengan air.
Penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja air penghasil uap tidak diisikan bersamasama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Hendartomo, 2005)
Jika semuanya sudah siap kemudian di lakukan pembakaran di dalam tungku sebagai awal dimulainya proses penyulingan. Bahan bakar yang digunakan adalah karet / ban bekas atau kayu bakar. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran yaitu kurang lebih 9 jam. Pembakaran ini akan menguapkan air sehingga uap air naik dengan membawa minyak yang dikandung dalam nilam di atasnya. Uap campuran antara air dan minyak tersebut dialirkan melalui pipa penyalur ke dalam wadah penampung yang terbuat dari bahan stainless steel dengan melewati kolam pendingin.
Kolam pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap sehingga terjadi pengembunan dan yang keluar tidak hanya berupa uap saja. Tetes-tetes embun yang terbentuk akan mengalir masuk ke dalam ember penampung. Jadi ember penampung berisi campuran air dan minyak nilam tetapi bukan berupa larutan, karena minyak nilam tidak bisa larut dalam air. Selanjutnya minyak nilam dari ember penampung diambil menggunakan gayung untuk dipindahkan ke dalam jerigen. Proses pemisahan dilakukan menggunakan kain monel. Kain monel digunakan untuk memisahkan minyak nilam dengan air yang masih terbawa ketika pemindahan, sehingga akan diperoleh minyak nilam secara murni. Proses tersebut akan tuntas diambil minyaknya dalam jangka waktu 12 jam.
INDUSTRI MINYAK ATSIRI DI INDONESIA
Industri nilam Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah sebagai penghasil minyak atsiri berkualitas tinggi, namun hingga kini masih menghadapi berbagai tantangan serius.
Tiga tantangan utama yang dihadapi adalah fluktuasi harga, serangan penyakit tanaman, dan standar sertifikasi internasional.
Fluktuasi harga minyak nilam sempat terjadi secara tajam, terutama pada masa pandemi 2020 ketika harga anjlok hingga Rp1 juta per liter. Meskipun harga kini mulai pulih, ketidakpastian pasar global membuat petani dan pelaku industri menghadapi risiko pendapatan yang tidak stabil.
Selain itu, penyakit layu bakteri dan serangan jamur Fusarium menyebabkan kerusakan antara 20 persen hingga 40 persen tanaman nilam di berbagai daerah sentra produksi seperti Aceh, Sumatra Utara, dan Sulawesi, sehingga menurunkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Aspek varietas juga menjadi perhatian penting dalam upaya pengembangan nilam Indonesia. Saat ini, varietas unggul seperti Nilam Tapak Tuan (Pogostemon cablin Benth) yang dikembangkan oleh BSIP menjadi andalan petani karena memiliki kandungan minyak tinggi dan ketahanan relatif terhadap penyakit.
Namun, penyebaran varietas ini belum merata di seluruh daerah sentra nilam, sehingga banyak petani masih menggunakan varietas lokal yang kurang optimal. Pengembangan varietas baru yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan tahan penyakit harus terus dilakukan untuk mendukung produktivitas yang berkelanjutan.
Selain varietas, penerapan teknik budidaya yang baik, seperti rotasi tanaman, pengelolaan hara tanah, dan penggunaan pupuk organik, juga penting untuk menjaga kesehatan tanaman nilam dan meningkatkan kualitas minyak yang dihasilkan.
Dari sisi budi daya, teknologi penyulingan menjadi salah satu titik lemah yang menghambat peningkatan nilai tambah minyak nilam Indonesia.
Penelitian dari Balittro yang kini menjadi BSIP menunjukkan bahwa sebagian besar petani masih menggunakan alat penyulingan tradisional berbahan bakar kayu dengan efisiensi sangat rendah, hanya 2-3 persen, sementara standar industri mengharuskan efisiensi minimal 5 persen. Kondisi ini menyebabkan minyak nilam yang dihasilkan memiliki kualitas rendah dan sering kali hanya dijual dalam bentuk mentah ke luar negeri, seperti Singapura, untuk diproses lebih lanjut. Akibatnya, Indonesia kehilangan potensi keuntungan dari hilirisasi produk, yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan signifikan bagi petani dan industri lokal jika dilakukan pengolahan lanjutan di dalam negeri.
KESIMPULAN
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil dari komoditi perkebunan yang bernilai ekspor tinggi dan telah memberikan devisa bagi Indonesia. Proses pengolahan minyak nilam yang paling berperan penting yaitu Pengeringan dengan cara mengurangi kadar air daun, sehingga meningkatkan efisiensi ekstraksi minyak. Proses penyulingan yang berlangsung selama kurang lebih 9 jam menggunakan metode destilasi uap memastikan ekstraksi minyak secara optimal.
Kedepannya prospek ekspor komoditi nilam pada masa yang akan datang masih cukup besar, mengingat tingginya permintaan dunia akan minyak nilam. Oleh sebab itu, tantangan yang harus dihadapi dalam industri nilam yaitu kolaborasi multipihak menjadi kunci utama. Pemerintah terus mendukung program yang berfokus pada peningkatan kapasitas petani, dan penyediaan mesin penyulingan modern.
PENAWARAN KERJA SAMA
Dengan kondisi permintaan ekspor komoditi nilam yang tinggi, kami menawarkan kerja sama sekaligus menawarkan produk minyak nilam dari perusahaan kami yaitu PT. Triple Black Heaven yang mengolah minyak nilam melalui proses teknologi terbaru sehingga menghasilkan produk minyak nilam yang bernilai tinggi dan berkualitas baik. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut hubungi kontak personal berikut:
Nama : Darmawan Santoso
HP : 0896-6193-3986
Alamat : Jl. Marsiam, Gang Jadam No. 11 RT 002/RW 001, Kp. Bungaok Kidul, Desa Caringin, Kec. Legok, Kab. Tangerang, Prov. Banten. Kode Pos 15820